Dalam proses afiksasi terjadi alternasi alomorfemis yang
ditentukan oleh kaidah alomorfemis yang bersifat fonemis dan yang tidak
fonemis. Alternasi alomorfemis terjadi di dalam afiksasi {N-}, {ma-}, {di-}, {ke-}, {paN-}, {pa-}, {peN-}, {sa-}, {-um-}, {-i},
{-ake}, {-e}, {-an}, {-a}, {-na}, {-ana}, {-en} dan {-in-}.
1. 1. Prefiks {N-}
1.1 Alomorf /m-/ terwujud jika afiks {N-} dilekatkan pada bentuk dasar yang berwal
dengan konsonan bilabial /b/, /p/, atau semivokal /w/. jika bentuk dasar afiks
{N-} berawal dengan fonem /p/ atau /w/, fonem itu luluh.
{bakar} [baker] + {N-}
→ /mbakar/ [mbakar] ‘membakar’
{panah} [panah] +{N-}
→ /manah/ [manah] ‘memanah’
{waca} [mэcэ] + {N-}
→ /maca/ [mэcэ] ‘membaca’
Di dalam ragam informal jika bentuk dasar yang berawal dengan /w/
diberi afiks {N-/-ake}, alomorf /m-/-i/
beralternasi dengan /ŋ-/-i/ dan /m-/-ake/
beralternasi dengan /ŋ-/-ake/. Jika bentuk dasar afiks {N-/-i} berakhir dengan
konsonan /h/, maka konsonan itu lesap. Jika bentuk dasar yang dilekati afiks
itu kara wutah ‘tumpah’,
alomorf {N-/-ake} adalah
/ŋ-/ake} atau
/m-/-ake/. Semivokal /w/ tetap atau luluh.
{weruh}[wәrUh] + {N-/-i}→ /mәrui/ [mәruwi] atau
/ŋwәrui/ [ŋwәruwi]
‘melihat’
{wani}[wabu]
+ {N-/-i} → /maneni/ [manεni] atau /ŋwaneni/ [ŋwanεni] ‘berani
terhadap…’
{wènèh}[wεnεh]
+ {N-/-aké} →
/menehake/ [mεnεhake] atau /ŋwenehake/ [ŋwεnεhake] ‘memberikan’
{wutah} [wutah]
+ {N-/-aké} → /mutahaké/ [mutahake] atau /ŋwutahaké/ [ŋwutahake] ‘menumpahkan’
Catatan:
Jika afiks {-i} dilekatkan pada bentuk dasar yang berakhiran
vokal, terjadi prubahan vokal bentuk daar. Misalnya kata {wani] + {N-/-i} menjadi
/maneneni/ diucapkan [manεni].
1.2 Alomorf /n-/ terwujud jika afiks {N-} ditambahkan pada bentuk dasar yang
berawal dengan konsonan apikodental /t/ dan /d/, konsonan lamino alveolar /s/
dan mediopalatal /c/. jika bentuk dasar berawal dengan /t/, /s/, atau /c/,
konsonan itu luluh. Alomorf afiks {N-} yuang dilekatkan pada bentuk dasar yang
berawal dengan /c/ atau /s/ adalah /n-/ atau /ñ/.
{dongèng} +
{N-} →
/ndoŋeŋ/ ‘bercerita’
{tulis} + {N-}
→ /nulis/ ‘menulis’
{sepi} +
{N-} → /ñәpi/ ‘menyepi’
{cacat} +
{N-} → /nacat/ atau /ñacat/ ‘mencela’
-](1.3 Alomorf [n /.(terwujud jika bentuk dasr yang dilekati afiks {N-} berawal dengan
konsonan apikodental /d
{dhudhuk}[dhudh(d(uk/ [n(ud(U?] +
{N-} → /ndh(udhu?]
‘menggali’
{dhangir} [dhaŋir/
[nd(aŋIr] + {N-} → /ndhaŋIr]
‘mencangkul’
{dhèrèk}[dhere?/
[nd(εrε?] + {N-} → /ndhεrε?]
‘ikut’
1.4 Alomorf /ñ-/ terwujud jika bentuk dasar yang dilekati afiks {N-} diawali
konsonan mediopalatal /c/, /j/, dan lamino-alveolar /s/. jika bentuk dasari itu
berfonem awal /c/ atau /s/, fonem itu luluh.
{cekel} [cәkәl] + {N-}
→ /ñәkәl/ [ñәkel] ‘memegang’
{jaga} [jэgэ]
+ {N-} → /ñjaga/ [ñjэgэ] ‘menjaga’
{sensor}
[sεnsэr] + {N-} → /ñensor/ [ñεnsэr] ‘menyensor’
1.5 Alomorf /ŋ-/ terwujud jika {N-} melekat pada bentuk dasar yang diwali
dengan /g/, /k/, /l/, /r/, semivokal /y/ atau vokal. Jika bentuk dasar diawali
konsonan /k/, fonem itu luluh.
{gambar}
[gambar] +{N-} → /ŋgambar/ [ŋgambar] ‘menggambar’
{karang} [karaŋ]
+ {N-} → /ŋaraŋ/ [ŋaraŋ] ‘mengarang’
{lamar}[lamar]
+ {N-} → /ŋlamar/ [ŋlamar] ‘melamar’
{rawat}[rawat]
+ {N-} → /ŋrawat/ [ŋrawat] ‘merawat’
{yiyit}[yiyit]
+ {N-} → /ŋyiyit/
[ŋyiyit] ‘berlendir’
{ambu}[ambu] +
{N-} → /ŋambu/ [ŋambu] ‘membau’
{étung} [etUŋ]
+ {N-} → /ŋetuŋ/ [ŋetuŋ] ‘menghitung’
1.6 Alomorf /ŋә-/ terwujud
jika {N-} melekat pada bentuk dasar satu suku kata.
{bom}[bэm] +
{N-} → /ŋәbom/ [ŋәbэm] ‘mengebom’
{cèt}[cәt] + {N-}
→ /ŋәcet/ [ŋәcεt] ‘mengecat’
1. 2. Prefiks {ma-}
2.1 Alomorf /ma-/ terwujud jika {ma-/ atau
/g/ dan terbatas pada kata(} melekat
pada kata dasar yang berawal /d dhayoh, dhukun,
gawe, dan guru. Kecuali
itu, juga terealisasi jika melekat pada bentuk dasar ujud.
{dhayoh}[dhayэh]
+ {ma-ayoh/
[mad(} → /madhayэh]
‘bertamu’
{gawe}[gawe] +
{ma-} → /magawe/ [magawe]
‘bekerja’
{ujud}[ujUt] +
{ma-} → /maujud/
[mawjUt] ‘berwujud’
2.2 Alomorf /maŋ-/ terwujud jika {ma-}melekat
pada kata dasar yang berwalan vokal atau konsonan /g/, /k/, dan semivokal /w/.
{anggo}[aŋgo] +
{ma-}→ /maŋaŋgo/
[maŋisэr]‘berpakaian’
{isor} [isэr]
+ {ma-}
→ /maŋisor/ [maŋisэr] ‘ke bawah’
{galih} [galIh]
+ {ma-} →
/maŋgalih/ [maŋgalIh] ‘berpikir’
{kulon] [kulэn]
+ {ma-} →
/maŋulon/ [maŋulэn] ‘ke barat’
{wetan}[wεtan]
+ {ma-}→
/maŋetan/ [maŋεtan] ‘ke timur’
2.3 Alomorf /man-/ terwujud jika {ma-} melekat
pada kata dasar berawalan /s/ atau /t/ dengan disertai luluhnya /s/ dan /t/
menjadi /n/.
{sembah} [sәmbah] + {ma-} → /manәmbah/ [manәmbah] ‘menyembah’
{tunggal}[tuŋgal]
+ {ma-} →
/manuŋgal/ [manuŋgal] ‘menyatu’
2.4 Alomorf [man-] terwujud jika {ma-/.,/ atau /t(} melekat
pada kata dasar yang diawali /d
{dhuwur} + {ma-(d(uwur/ [man(} → /mandhuwUr]
‘ke atas’
{thungul} + {ma-uŋUl] ‘tiba-tiba tampak’,t(ungul/ [man,}→ /mant
2.5 Alomorf /mañ-/ terwujud jika {ma-} melekat
pada kata dasar yang diawali /c/ atau /j/.
{jero} [jәro]+ {ma-} → /mañjәro/ [mañjәrэ] ‘ke dalam’/ ‘terlalu ke
dalam’
{colot} [cэlэt]
+ {ma-} →
/mañcolot/ [mañcэlэt] ‘melompat’
2.6 Alomorf /m-/ terwujud jika {ma-} melekat
pada kata dasar yang diawali /l/, /r/ atau vokal, dengan disertai
hilangnya vokal /a/ pada afiks {ma-}.
{lorot}[lэrэt]
+ {ma-}
→ /mlorot/ [mlэrэt] ‘ke bawah’
{rambat}[rambat]
+ {ma-} →
/mrambat/ [mrambat] ‘merambat’
{ili}[ili] +
{ma-} → /mili/
[mili] ‘mengalir’
{énggok} [εŋgэ?]
+ {ma-} →
/meŋgo?/ [mεŋgэ?] ‘membelok’
], /mәñ/(2.7 Alomorf /mә/, /mәŋ/, [mәn muncul jika afiks {ma-}
digunakan dalam ragam informal.
{dhayoh}[dhayэh]
+ {ma-ayoh/ [mәd(} → /mәdhayэh]
‘bertamu’
{anggo}[aŋgo] +
{ma-} → /mәŋaŋgo/ [mәŋaŋgo] ‘mengenakan’
{dhuwur}[dhuwur]
+ {ma-(uwur/ [mәnd(} → /mәndhuwUr] ‘ke
atas’
{colot}[cэlэt]
+ {ma-} → /mәñcolot/ [mәncэlэt] ‘melompat’
1. 3. Prefiks {di-}
Afiks ini memiliki dua macam alomorf, tergantung pemakaian pada
tingkat tutur.
3.1 Alomorf /di-/ terwujud jika digunakan pada tutur ngoko atau madya.
Pada tingkat ngoko:
{pangan}[paŋan]
+ {di-} → /dipaŋan/ [dipaŋan] ‘dimakan’
{jupuk}[jupU?]
+ {di-} → /dijupu?/ [dijupU?] ‘diambil’
Pada tingkat madya:
{tedha} [tәdha/
‘dimakan’(э] + {di-}
→ /ditәd
{pendhet} [pәndhәt/ [dipәnd(әt] + {di-}
→ /dipәndhәt] ‘diambil’
3.2 Alomorf /dipun-/ terwujud jika digunakan dalam tingkat tutur krama.
{dhaharahar/
‘dimakan’(} + {di-} → /dipund
{pundhutut/
‘diambil’(} + {di-} → /dipunpund
1. 4. Prefiks {ke-}
4.1 Alomorf /kә/ [kә] terwujud jika melekat pada bentuk dasar yang diawali /p/, /s/ dan
/t/. Dalam ragam informal alomorf /kә-/ sering bervariasi dengan /gә-/ jika dilekatkan pada kata dasar yang diawali /g/ atau /b/.
{buang} [buwaŋ]
+ {ke-}→ /kәbuaŋ/ [kәbuwaŋ] atau
/gәbuaŋ/ [gәbuwaŋ]
‘terbuang’
{gawa}[gэwэ] +
{ke-} → /kәgawa/[kәgэwo] atau /gәgawa/ [gәgэwэ] ‘terbawa’
{pidak} [pida?]
+ {ke-}
→ /kәpida?/ [kәpida?] ‘terinjak’
{sapu} [sapu]
+ {ke-}
→ /kәsapu/ [kәsapu]
‘tersapu’
{tembak}
[tεmba?] + {ke-} → /kәtemba?/ [kәtεmba?] ‘tertembak’
4.2 Alomorf /k-/ terwujud jika afiks {ke-} melekat
pada bentuk dasar yang diawali /l/, /r/, atau /w/ serta jika dilekatkan pada
bentuk dasar yang diawali vokal.
{laduk}[ladU?]
‘lebih’ + {ke-}
→ /kladu?/ [kladU?] ‘berlebih’
{rungu} [ruŋu]
+ {ke-}
→ /kruŋu/ [kruŋu] ‘mendengar’
{walik} [walI?]
+ {ke-}
→ /kwali?/ [kwalI?] ‘terbalik’
{obong}[эbэŋ] +
{ke-}
→ /koboŋ/ [kэbэŋ] ‘terbakar’
1. 5. Prefiks {paN-}
5.1 Alomorf /pam-/ terwujud jika {paN-} melekat
pada bentuk dasar yang berawal /b/, /p/ dan /w/.
{bujuk}[bujU?]
+ {paN-} →
/pambuju?/ [pambujU?] ‘bujukan’
{puji}[puji] +
{paN-}
→ /pamuji/ [pamuji] ‘doa’
{wetu}[wәtu] + {paN-} → /pemәtu/ [pemәtu]
‘penghasilan’
5.2 Alomorf /pan-/ terwujud jika {paN-} melekat
pada bentuk dasar yang berawal /d/, /t/ dan /s/, disertai luluhnya fonem /d/
dan /t/.
{dakwa}[da?wa]
+ {paN-} →
/panda?wa/ [panda?wa] ‘dakwaan’
{temu}[temu] +
{paN-} → /panәmu/ [panәmu] ‘pendapat’
{sukma}[sukmэ]
+ {paN-} →
/panukma/ [panukmэ] ‘jelmaan’
-](5.3 Alomorf [pan terwujud
jika {paN-/ .,/ atau /t(} melekat
pada kata dasar yang diawali /d
{dhesek}[dhәsә?] + {paN-(d(esek/ [pan(d(}→ /panhәsә?]
‘desakan’
{thungul} [thuŋul]
+ {paN-t(uŋul/ [pan,t(} → /panhuŋul] ‘tiba-tiba tampak’
5.4 Alomorf /pañ-/ terwujud jika {paN-} melekat
pada bentuk dasar yang berawal /j/.
{jaluk}[jalU?]
+ {paN-}
→ /pañjalu?/ [pañjalU?] ‘permintaan’
5.5 Alomorf /paŋ-/ terwujud jika {paN-} melekat
pada bentuk dasar yang berawal /g/, /k/, /l/, /r/ atau vokal. Dengan luluhnya
fonem /k/.
{gedhé} [gәdhe] + {paN-e/ [paŋgәd(} → /paŋgәdhe]
‘pembesar’
{kuasa}[kuwэsэ]
+ {paN-} →
/paŋuasa/ [paŋuэsэ] ‘penguasa’
{lipur}[lipUr]
+ {paN-}
→ /paŋlipur/ [paglipUr] ‘pelipur’
{rasa} [rэsэ]
+ {paN-}
→ /paŋrasa/ [paŋrэsэ] ‘perasaan’
{anggo}[aŋgo] +
{paN-} → /paŋaŋgo/ ‘pakaian’
e/ [pәŋgәd(Dalam ragam tutur informal alomorf /paŋ-/ sering bervariasi dengan
alomorf /pәŋ-/,
menjadi /pәŋgәdhe];
alomor /pañ-/ bervariasi dengan /pәñ-/, misalnya /pañuwun/ menjadi /pәñuwun/.
1. 6. Prefiks {pa-} [pa]
6.1 Alomorf /pa-/ terwujud jika {pa-} melekat
pada bentuk dasar yang diawali konsonan.
{warta} [wartэ] + {pa-} → /pawarta/
[pawartэ] ‘berita’
{kerti} [kәrti] + {pa-} → /pakәrti/ [pakәrti] ‘watak’
6.2 Alomorf /p-/ terwujud jika {pa-} melekat
pada bentuk dasar yang diawali dengan vokal.
{asok} [aso?] + {pa-} → /paso?/ [pasэ?] ‘membayar
kepada’
{idak} + {pa-} → /pida?an/ ‘pijakan’
Terdapat tiga bentuk dasar yang berawal vokal jika dilekati {pa-/-an} alomorf bukan /p-/ melainkan /pa-/. Yaitu:
{ukum} [ukUm] + {pa-/-an} → /paukuman/ [pawkuman] ‘hukuman’
{uger} [ugәr] + {pa-/-an} → /paugәran/ [pawgәran] ‘hukum’
{idu} + {pa-/-an} → /paiduan/ [payduan] atau /paidon/ [paydэn]
‘peludahan’
1. 7. Prefiks {pe-} [pә]
Hanya mempunyai satu macam alomorf yaitu /pә-/.
{mimpin} [mimpIn] + {pe-} → /pәmimpin/ [pәmimpIn] ‘pemimpin’
{natar} [natar] + {pe-} → /pәnatar/ [pәnatar] ‘penatar’
1. 8. Prefiks {pi-} [pi]
Hanya mempunyai satu macam alomorf yaitu /pi-/.
{wulang} [wulaŋ] + {pi-}
→ /piwulaŋ/ [piwulaŋ] ‘pengajaran’
{andel} [andәl] + {pi-} → /piandәl/ ‘kepercayaan’
1. 9. Prefiks {sa-} [sa]
9.1 Alomorf /sa-/ terwujud jika {sa-} melekat
pada bentuk dasar yang berawal konsonan dan dipakai dalam ragam tutur formal
atau literer.
{piring} [pirIŋ] + {sa-} → /sapiriŋ/ [sapirIŋ] ‘satu piring’
{negara} [nәgoro] + {sa-} → /sanәgara/ [sanәgoro] ‘satu negara’
Dalam ragam tutur informal alomorf afiks {sa-} berwujud /sә-/ atau
/sa?-/.
{séndhok} [sendhэ?] + {sa-} → o?/ [sәsεnd(/sәsendho?/
[sa?sεnd(э?] atau /sa?sendhэ?]
‘satu sendok’
{kampung} [kampUŋ] + {sa-}→ /sәkampuŋ/ [sәkampUŋ] atau /sa?kampuŋ/
[sa?kampuŋ] ‘satu kampung’
9.2 Alomorf /sa?-/ juga terwujud jika afiks {sa-} melekat
pada bentuk dasar yang bersuku satu atau bersuku dua yang berawal vokal.
{ler} [lәr] ‘kata bilangan benda kecil, panjang’ + {sa-} → /sa?lәr/ [sa?lәr] ‘satu batang’
{nyuk} [ñu?] ‘sebentar’
+ {sa-}
→ /sa?ñu?/ [sa?ñu?]‘sebentar’
{èmbèr} [εmbεr] ‘ember’ +
{sa-} → /sa?ember/ [sa?εmbεr]
‘satu ember’
{omah} [эmah]
‘rumah’ + {sa-}
→ /sa?omah/ [sa?эmah] ‘satu rumah’
10. Infiks {-um-}
10.1 Alomorf /-um-/ terwujud jika {-um-}
melekat pada bentuk dasar yang berawal konsonan. Selain /b/, /p/ dan /w/.
Pada umumnya dipakai dalam ragam tutur formal, pustaka atau dalam tingkat tutur
krama.
{tandang} [tandaŋ] + {-um-} → /tumandaŋ/ [tumandaŋ] ‘bekerja’
{gantung} [gantUŋ] + {-um-} → /gumantuŋ/ [gumantUŋ] ‘bergantung’
Jika bentuk dasar yang dirangkaikan dengan afiks {-um-} berfonem /b/, /p/ atau /w/ alomorf disertai desimilasi. Fonem
/b/ menjadi /g/, /p/ atau /w/ menjadi /k/.
{bagus}[bagUs] ‘bagus’ + {-um-} →
/gumagus/ [gumagUs] ‘berlagak bagus’
{pinter}[pintәr] ‘pandai’ + {-um-}→
/kuminter/ [kumintәr]
‘berlagak pandai’
{wasis}[wasIs] ‘pandai’ + {-um-}→
/kumasis/ [kumasis]‘berlagak pandai’
10.2 Alomorf /-әm-/ terwujud
jika afiks {-um-}
dipakai dalam ragam tutur informal.
{tandang} [tandaŋ] + {-um-}→ /tәmandaŋ/ [tәmandaŋ] ‘bekerja’
{gantung} [gantUŋ] + {-um-}→ /gәmantuŋ/ [gәmantUŋ] ‘bergantung’
11. Sufiks {-i}
[i]
11.1 Alomorf /-i/ terwujud
jika afiks {-i} melekat
pada bentuk dasar yang berakhir dengan konsonan.
{ngajar} [ŋajar] + {-i} → /ŋajari/ [ŋajari] ‘mengajari’
{nulis} [nulIs] + {-i} →
/nulisi/ [nulisi] ‘menulisi’
11.2 Alomorf /-ni/
[ni] terwujud jika afiks {-i} melekat
pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal, disertai dengan alofonasi
(=perubahan vokal akhir) /i/ atau /e/ →/ε/, /u/→[э], dan [э]→/a/. Jika
bentuk dasar bersuku dua dan mengandung vokal [э–э], kedua vokal itu berubah
menjadi /a–a/. Jika kedua suku bentuk dasar mengandung vokal /e–e/, terjadi
alofonisasi menjadi [ε–ε].
{ngisi} [ŋisi]+ {-i} →
/ŋiseni/ [ŋisεni] ‘mengisi’
{mlayu} [mlayu] + {-i} → /mlayoni/ [mlayэni] ‘mengejar seseorang’
{nampa} [nэmpэ] + {-i} → /nampani/ [namapani] ‘menerima’
{mépé} [mepe] + {-i} → /mepeni/ [mεpεni] ‘menjemur’
12. Sufiks {-aké}[ake]
12.1 Alomorf /-ake/ [ake] terwujud
jika afiks {-aké} melekat
pada bentuk dasar yang diakhiri dengan konsonan dan dipakai dalam ragam tutur
formal.
{nulis} [nulIs] + {-aké} → /nulisake/ [nulisake] ‘menuliskan’
{milih} [milIh] + {-aké} → /milihake/ [milihake] ‘memilihkan’
Jika dipakai di dalam ragam informal atau di dalam tingakat tutur
madya, alomorf afiks {-ake} bukan /-ake/ melainkan /-ke/.
{njupuk}
[njupuk?]+ {-ake} → /ñjupu?ke/ [ñjupu?ke] ‘mengambilkan’
{macul} [macUl] + {-ake} → /maculke/ [maculke] ‘mencangkulkan’
Jika afiks {-ake} melekat
pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal, menjadi bentuk dasar bersuku
tertutup /?/, disertai alofonasi /i/ dan /e/ → [ε], /u/ dan /o/ → [э],
[э] → /a/.
{mari} [mari] + {-ake} → /mare?aké/ [marε/ake] ‘menyembuhkan’
{ngombé} [ŋombe] + {-ake} → /ŋombe?ké/ [ŋombhε?ake] ‘meminumkan’
{maca} [mэcэ] + {-ake} → /maca?aké/ [maca?ake] ‘membacakan’
{maro} [maro]+ {-ake}→
/maro?aké/ [marэ?ake] ‘membagi menjadi dua’
{nyapu} [ñapu]+ {-ake} →
/ñapo?aké/ [ñapэ?ake] ‘menyapukan’
12.2 Alomorf /-akәn /muncul jika afiks {-ake} dipergunakan di dalam tingkat tutur krama
dan bentuk dasar yang dilekatinya berakhir dengan konsonan.
{maos} + {-ake} → /maosakәn/ ‘membacakan’
Jika dipergunakan di dalam tingkat tutur madya, muncul sebagai /-kәn/.
{mendhet}[mәndhәtkәn/ ‘mengambilkan’(әt] +
{-ake}→ /mәnd
{ndamel}[ndamәl] + {N-/-ake}→ /ndamәlkәn/ ‘membuatkan’
13. Sufiks {-é} [e]
Afiks {-é} mempunyai dua macam alomorf bergantung pada fonem
bentuk dasar yang dilekatinya. Pada tingkat tutur karma afiks itu berwujud {-ipun} yang juga mempunyai dua macam alomorf bergantung pada fonem
akhir bentuk dasar.
13.1 Alomorf /-e/ [e] muncul jika afiks {-é} dirangkaikan dengan bentuk dasar yang
berfonem akhir konsonan.
{kembang} +
{-é} →
/kembaŋe/ [kembaŋe] ‘kembangnya’ ‘bunganya’
{pager} [pagәr] + {-é}→ / pagәre/ [pagәre]‘pagarnya’
13.2 Alomorf /-ne/
[ne] muncul
jika afiks {-é} dirangkaikan dengan bentuk dasar yang berfonem akhir vokal.
Jika bentuk dasarnya mengandung vokal {э} pada suku pertama dan suku kedua,
berubah menjadi /a/ atau tetap jika dipakai di dalam ragam tutur informal.:
{bojo} [bojo]
+ {-é}→ /bojone/ [bojone] ‘suami/istrinya’
{kanca}[konco]
+ {-é} → /kancane/ [kancane] atau [kэncэne] ‘temannya’
13.3 Alomorf /-ipun/ muncul jika afiks {-e} dipergunakan di dalam tingkat tutur krama
dan bentuk dasar yang dilekatinya berfonem akhir konsonan.
{sekar}[sәkar] + {-é}→ /sekaripun/ [sәkaripun] ’bunganya’
{dalem}[dalәm] {-é}→ /dalәmipun/ [dalәmipun]‘rumahnya’
13.4 Alomorf /-nipun/ muncul
jika afiks{-é} dipergunakan dalam tutur krama dan digabungkan dengan bentuk
dasar yang berfonem akhir vokal. Jika bentuk dasarnya mengandung vokal [э - э]
vokal itu berubah menjadi /a-a/. contoh:
{rayi} [rayi]
+ {-é}→ /rayinipun/ ‘adiknya’
{rama}[romo] +
{-é}→ /ramanipun/ [ramanipun] ‘bapaknya’
14. Sufiks {-an} [an]
14.2 Alomorf /-an/ [an] terwujud jika bentuk dasar afiks {-an} berfonem akhir konsonan disertai peninggian vokal [i] atau [u]
jika vocal itu mendahului konsonan akhir bentuk dasar.
{tandur}[tandUr]
+ {-an} →
/tanduran/ [tanduran] ‘tanaman’
{tulis }[tulIs] + {-an} →
/tulisan/ [tulisan] ‘tulisan’
14.3 Alomorf /-n/ terwujud
jika afiks {-an}melekat
pada bentuk dasar yang diakhiri dengan vokal dan disertai asimilasi vokal /a/
pada {-an} dengan
rumus: /i + a/ →[ε]; /u+a/→[э]; /o+a/→[э]; /a+a/→/a/; dan [э]+/a/→/a/. Jika
bentuk dasar mengandung vokal /e/, /e–e/→[ε]; [э – э]→/a–a/.
{pari} [pari]
+ {-an} →
/paren/ [parεn] ‘perpadian’
{séndhé} [sendh e] + {-anen/ [sεnd(} → /sendhεn] ‘bersandar’
{playu} [playu]
+ {-an}
→ /playon/ [playэn] ‘berlarian’
{kilo} [kilo]
+ {-an}
→ /kilon/ [kilэn]
‘berkilo-kilo’
{gawa}[gэwэ]
+ {-an}
→ /gawan/ [gawan] ‘bawaan’
Afiks {-an} jika ditambahkan pada bentuk dasar yang berakhir
dengan vokal /i/ atau /u/ mempunyai dua macam alomorf. Disamping terwujud
alomorf /-n/ seperti tersebut diatas terwujud pula alomorf /-nan/ kecuali jika
bentuk dasar bayi, wani ‘berani’. Jika melekat pada
bentuk dasar tali alomorf
afiks {-an} hanya berwujud /-nan/.
{sasi}[sasi] +
{-an} → /sasen/ [sasεn] atau
/sasenan/ [sasεnan] ‘berbulan-bulan’
{prau} [prau]
+ {-an} →
/praon/ [praэn] atau /praonan/ [praэnan] ‘berperahu’
{bayi} [bh ayi] + {-an} →
/bayen/ [bhayεn] tidak ada /bayenan/ [bhayεnan]
‘melahirkan’
{wani} [wani]
+ {-an} →
/wanen/ [wanεn] tidak ada /wanenan/ [wanεnan] ‘pemberani’
{tali}[tali] +
{-an} → /talenan/ [talεnan]
tidak ada /talen/ [telεn] ‘bertali’
Jika bentuk dasar yang dilekati afiks {-an} berakhir dengan /e/
atau /o/, afiks {-an} mempunyai tiga alomorf: /-n/, /-nan/ dan /-an/. Kecuali saré, jago, bodho, dan ijo hanya memiliki satu alomorf
yaitu /-an/.
{gawé}[gawe] +
{-an} → /gawen/ [gawεn];
/gawenan/ [gawεnan] atau /gawean/ [gawean] ‘buatan’/‘pekerjaan’
{paro}[paro] +
{-an} → /paron/ [parэn];
/paronan/ [parэnan] atau /paroan/ [parэan] ‘bersandar’
{saré}[sare] +
{-an} → /sarean/ [sarean] tidak
ada /saren/ ataupun /sarenan/ ‘tiduran’
{jago} + {-an} → /jagoan/ idak ada /jagonan/ ataupun /jagon/ ‘yang dijagokan’
{bodho} + {-anon/ [bod(} → /bodhonan/
ataupun /bodoan/ ‘secara bodoh’(эn] tidak
ada /bod
{ijo} + {-an} → /ijon/ [ijэn] tidak ada /ijonan/ ataupun /ijoan/ ‘menjual padi
muda’
15. Sufiks {-a} [э]
Afiks {-a} hanya mempunyai satu alomorf, yaitu /-a/ diucapkan [э] sebagaimana
mestinya tampak pada contoh berikut ini.
{golek}[gэlε?]
+ {-a} → /goleko/ [golε?э] ‘mencarilah’
{leren}[lεrεn]
+ {-a} → /lerenana/ [lεrεnэ] ‘istirahatlah’
Jika bentuk dasar afiks {-a} berfonem akhir konsonan dan vokal
sebelum konsonan itu ialah [I] atau [U], vocal itu masing-masing mengalami
peninggian menjadi /i/ dan /u/.
{nulis}[nulIs]
+ {-a} → /nulisa/ [nulisэ] ‘menulislah’
{mudhun}[mudhUn]
+{-a} → /mudhuna/ [mudhunэ] ‘turunlah’
16. Sufiks {-na} [nэ]
Afiks {-na} hanya mempunyai satu alomorf yaitu /-na/ diucapkan [-nэ] dengan
perubahan wujud suku akhir bentuk dasar bergantung pada fonem akhir bentuk
dasar yang dilekatinya. Alomorf /-na/ muncul jika bentuk dasar yang
dirangkaikan dengan afiks {-na} berfonem akhir konsonan.
{tutup} + {-na}
→ /tutupna/ ‘tutupkanlah’
{gambar} +
{-na}→ /gambarna/ ‘gambarkanlah’
Jika bentuk dasar yang dirangkaikan dengan afiks {-na} berfonem
akhir konsonan /n/, kadang-kadang /n/ itu berubah menjadi /?/.
{takon} +
{-na}→ / tako?na/[takэ?nэ] atau /takona/[takэnэ] ‘bertanyalah’
Jika bentuk dasar afiks {-na} berakhir dengan vokal, maka berubah menjadi /?/ disertai perubahan vocal
akhir bentuk dasar /i/ atau /e/→[ε], /u/ atau /o/→[э], dan [э]→/a/. Jika bentuk
dasar itu bersuku dua dan mengandung vocal yang sama, yaitu /e-e/, vokal itu
berubah menjadi [ε–ε]; /o-o/→[э-э] dan [э- э]→/a-a/.
{isi}[isi] +
{-na}
→ /ise?na/ [isε?nэ] ‘isikanlah’
{gawé}[gawe] +
{-na} → /gawe?na/ [gawε?nэ]
‘buatkanlah’
{tuku}[tuku] +
{-na} → /tuko?na/ [tukэ?nэ]
‘belikanlah’
{jodho} [jodho]
+ {-naэ?nэ]
‘jodohkanlah’(o?na/
[jэd(} → /jod
{tiba}[tibo] +
{-na} →
/tiba?na/ [tiba?nэ] ‘jatuhkanlah’
{pépé}[pepe] +
{-na} → /pepe?na/
[pεpε?nэ] ‘jemurkanlah’
{gawa}[gэwэ]
+{-na} → /gawa?na/ [ghawa?nэ]
‘bawakanlah’
17. Sufiks {-ana}
[эnэ]
Afiks {-ana} hanya mempunyai satu morfem alomorf, yaitu /-ana/ diucapkan
[эnэ] dengan perubahan wujud suku akhir bentuk dasar bergantung pada fonem
akhir bentuk dasar yang dilekatinya. Alomorf /-ana/ muncul jika bentuk dasar
berfonem akhir konsonan.
{resik}[rәsi?] + {-ana} → /rәsi?ana/
‘bersihkanlah’
Jika afiks {-ana} ditambahkan pada bentuk dasar yang berbentuk
vocal, bentuk dasar itu menjadi berakhir dengan /n/ dan disertai perubahan
vocal akhir /i/ atau /é/ → [ε], /u/ atau /o/ → [э] dan [э] → /a/.
{bali}[bali] +
{-ana}→ /balenana/ [balεnэnэ]
‘ulangilah’
{ombé}[ombe] +
{-ana}→ /ombenana/ [ombhεnэnэ]
‘minumilah’
{playu}[playu]
+ {-ana} →
/playonana/ [playэnэnэ] ‘kejarlah’
{kendhoo] + {(d(((}[kәn-ana} → /kәndh(d,onana/ [kәnhэnэnэ]
‘kendorkanlah’
{kanca}[kэncэ]
+ {-ana} →
/kancanana/ [kancanэnэ] ‘temanilah’
Jika bentuk dasar itu bersuku dua dan mengandung vokal yang sama
yaitu /e-e/, vocal itu berubah menjadi [ε-ε], /o-o/ → [э-э] dan [э-э] → /a-a/.
{pépé }[pepe] + {-ana} →
/pepenana/ [pεpεnэnэ] ‘jemurlah’
{loro} [loro]
+ {-ana} →
/loronana/ [lэrэnэnэ] ‘berilah dua’
{tamba}[tombho]
+ {-ana} → /tambhanana/
[tambhanэnэ] ‘obatilah’
18. Sufiks {-en}
18.1 Alomorf /-әn/ muncul
jika afiks {-en}
ditambahkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan konsonan. Jika vokal sebelum
konsonan [I] atau [U] menjadi /i/ dan /u/.
{campur} [campUr]
+ {-en}
→ /campurәn/ [campurәn] ‘campurlah’
{tulis} [tulIs]
+ {-en}
→ /tulisәn/ [tulisәn] ‘tulislah’
{obong} + {-en} → /oboŋәn/ [эbэŋәn]
18.2 Alomorf /-nәn/ muncul
jika afiks {-en} ditambahkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vocal disertai
perubahan vokal akhir [э] → /a/. Jika bentuk dasar bersuku dua atau kedua
vokalnya [э-э] kedua vokal bisa berubah menjadi /a-a/ atau tetap.
{titi} + {-en} → /titinәn/
’teilitilah’
{ranté} + {-en} → /rantenәn/
‘rantailah’
{apura}[apurэ]
+ {-en} → /apuranәn/ [apuranәn] ‘maafkanlah’
{gawa}[gэwэ]
+ {-en} →
/gawaәn/ [gэwэәn] ‘bawalah’
→ /gowonәn/ [gэwэnәn] ‘bawalah’
19. Infiks {-in-}
Dipakai secara puitik dan jarang terdapat dalam pergaulan
sehari-hari. Infiks ini selalu dilekatkan pada verba.
{sawang} +
{-in-} →
/sinawaŋ/ [sinawaŋ] ‘dipandang’
{wangun} + {-in-} → /winaŋun/ [winaŋun] ‘dibangun’
{gawe} + {-in-} → /ginawe/
[ginawe] ‘dibuat’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar