Kamis, 20 Oktober 2016

Antara aku, angin dan debu.

angin, sampaikan beribu maafku padanya.
benar apa kata si debu, suatu saat aku akan sangat menyesal dikemudian hari jika aku terus begini.
dan mungkin inilah saat dimana aku akan merasakan sangat menyesal.
angin, bodohnya aku saat aku terlena dengan keakuanku sendiri.
tanpa aku berpikir aku akan merasa sangat bodoh bila ia meninggalkanku karena kecewa.
ohh angin, apa aku hrus menerima kenyataan ini.
apakah aku harus merelakannya pergi, walaupun aku sakit, dan walaupun ini semua salahku.
aku mencintainya, tapi aku masih dengan kebodohanku.
aku harap ia msih memberiku satu kali kesempatan.
dan aku akan membuktikan betapa ku mencintainya.
tolong aku yakin pada diri ini, bahwa aku mampu menjadi yang ebih baik, dan aku mampu membahagiakannya tanpa aku melukai hatinya suatu ketika nanti.

kamu tak seharusnya berharap terlalu banyak, apa kau tak punya kaca?
kau begitu sering membuatnya terluka, tapi kamu masih saja berharap ia akan memaafkanmu dan mau terus tetap bersamamu.
itu hal yang mustahil, dia bukan wanita yang bodoh. justru kau yang bodoh.
kau terlau bodoh menyianyiakan dia, dia yang menerimamu sebaik mungkin padahal kelakuanmu ta sepantasnya dihargai.

aku tau, aku sadar. aku tak sebaik itu.
tapi ketahuilah, akan bagaimana aku nanti tanpa dia.

itu masalahmu, itu resikomu, itu pilihanmu. kau berani melukainya berarti kamu harus siap kehilangannya. itu hukum yang sangat jelas.

ah kau sok tau angin, aku tak sejahat itu. aku sayang padanya, aku mencintainya. aku hanya jenuh saja.
kau tahu, aku tak punya siapa-siapa.
bahkan aku tak punya tempat untuk mengadu.
semua direnggut olehnya, kebahagiaankupun ada padanya.
kau tak tau nanti aku akan sehancur apa tanpanya.

kau tau kau akan hancur, tapi mengapa kau biarkan ia terluka. apa kau tak berpikir ia sehancur apa sekarang. apa kau tak pernah berpikir sesakit apa ia sekarang.

kalau dia mencintaiku, mengapa ia ingin meninggalkanku. mengapa ia tak ingin terus bersamaku. setidaknya pertahankan aku agar tak semakin jauh darinya.
sungguh aku tak bisa menerima ini semua angin, tapi sudahlah, aku tak punya harapan apapun.
ia sudah mengambil keputusan, ia sudah bulat dengan apa yang ia pilih.
semoga ini bisa membuat ia lebih baik, semoga ini bisa membuat ia takkan merasakan sakit seperti apa yang pernah aku lakukan padanya, dan yang pasti ia bisa lebih bebas tanpa bayang-bayang luka yang kubuat.

Senin, 27 Juni 2016

IBU

kadang iri dengan mereka yang memiliki keluarga nan utuh, sering kali kuteteskan airmata ketika teringat akan kenangan masa laluku.
tak jarang pula aku marah pada mereka yang dengan bahagia bercerita tentang mereka bersama keluarga utuh mereka.
tak jarang ku ingin berteriak kencang dalam keramaian,

aaah...
kau bodoh, mereka seprti itu hanyalah topeng.
layaknya dirimu yang bersembunyi dalam senyum dan tawamu.
menangis dalam derasnya air hujan.

palsu kawan...

itu lihat itu...
hanya di sini kau tau bagaimana dirimu, hanya di sini.
dalam hatimu yg paling dalam., ketika kau jauuh menengok kedalam hatimu yang gelap itu..
gelap meskipun banyak cahaya yang diberikan, namun semua itu hanya kepalsuan.
rinduku padanya yang acap kali sengaja ku hapus dalam pahitnya kopi dan remang kedai itu.
kebahagiaan darimu yang masih sanggup ku tatap, tapi entah kapan terakhir kali kumerasakan pelukmu.
mungkin lebaran tahun lalu.
ku berharap setelah engkau membaca coretanku ini, dengan gegas kau cari dan kau kirim pesan singkat padaku.

wanita yang selalu ingin kubahagiakan

Kamis, 25 Februari 2016

superwoman



Pagi ini entah apa yang kurasa, tanpa sengaja ku teringat kamu yg jauh kutinggalkan. Aku selalu berkata ini semua akan cepat berlalu. Aku selalu berkata aku pergi takkan lama. Aku pergi mungkin membuatmu sakit. Aku selalu berkata satu atau dua kata agar membuatmu percaya padaku ketika itu, walaupun aku yakin dalam hatimu engkau menjerit. Ingin berkata tolong jangan pergi. Binar kaca-kaca selalu terlihat saat ku melangkahkan kaki menjauh darimu. Berat memang sangat berat, aku juga merasakan. Bagaimana tidak, air lembut menyeberang pipi. Hatiku pun perih, sangaaat perih. Sesekali ku tengok kebelakang, setidaknya aku bisa lebih lama memandangimu, lebih lama menatapmu, apalah dayaku semakin jauh langkahku, semakin jauh pula pandanganku. 

Hati ini ingin bertahan bukan karna aku tega, namun aku tau diujung jalan sana aku akan menemukan kebahagiaan untukmu, kebahagiaan untuk kita. Itu keyakinanku, itu tekadku. Baik- baik di sana, kuatkan aku, doakan aku. Percayalah kasih, langkahku, doaku, harapanku, adalah kebahagiaanmu yang ku perjuangkan. 

Kita jalani saja cerita ini, kelak kita akan duduk bersama, tertawa bersama, bercerita betapa hebatnya kita, betapa kuatnya kita, betapa aku mempunyai orang yang begitu hebat dibelakangku. Kelak nanti pula, aku akan bercerita, inilah kesuksesan yang dulu pernah kuperjuangkan. Inilah impianku, melihat orang yang kusayang tersenyum lebar, bahagia bersama.

Dan kelak aku akan menunjukkan jawaban dari pertanyaanmu, “tanggal berapa”, “suk kapan”, seh suwe gak“. Dan kamu pun berkata, 

“kakak aku bahagia, terimakasih atas semua yg tlah kau lakukan untukku, kakak, ibu, dan bapak.”

Rabu, 20 Januari 2016

ANALISIS GEGURITAN "API ABADI MRAPEN" KARYA R. TANTININGSIH

ANALISIS GEGURITAN "API ABADI MRAPEN" KARYA R. TANTININGSIH

A. GEGURITAN
Api Abadi Mrapen
(R. Tantiningsih)
Latu kuwi, tansah murub
Ora nggubris kiwa tengene
Nadyan digrujug tirta
Nadyan maruta padha teka
Nanging latu kuwi ora surut
Latu kuwi, tansah murub
Kaya latu kang ana jero ati
Angel dipateni lan angel diadhemake
Latu kuwi, tansan murub
Ing mrapen dununge
Ninggal sejarah
Kanggo anak putu
B. PEMBAHASAN
1. Arti Luas
Geguritan karya R. Tantiningsih yang berjudul Api Abadi Mrapen ini merupakan novel monolog menceritakan sebuah "benda", yang disebut dengan "latu". Menceritakan mengenai sebuah keadaan.
"latu" yang menyala, tidak memperhatikan keadaan sekitarnya, walaupun disiram air, walaupun
"maruta" berdatangan, tetapi "latu" tidak gentar.
"latu" yang menyala, seperti"latu" di dalam hati. Susah dimatikan, susah unttuk dibapuskan.
"latu" yang menyala, di MRAPEN tepatnya, meninggalkan sebuah sejrah, ditinggalkan untuk generasi penerus bangsa, untuk para punggawa bangsa.
2. Lapis bunyi
Pada geguritan karya R. Tantiningsih yang berjudul Api Abadi Mrapen, terlihat pada baris pertama disetiap baitnya. Kalimat "latu kuwi, tansah murub" selalu berulang hingga tiga kali. Kalimat tersebut memiliki arti yang sama, meskipun dikalimat selanjutnya disetiap barisnya memiliki arti yang berbeda.
3. Lapis Arti
Arti dari setiap bait pada geguritan berjudul Api Abadi Mrapen pada setiap baitnya berbeda-beda.
Pada bait pertama, menjelaskan inti ceritanya. Selanjutnya pada bait kedua, menjelaskan arti dengan membandingkan dengan sisi lain dari inti cerita tersebut. Pada bait ketiga, disitulah geguritan ini menjelaskan dengan bahasa yang lebih lugas, bahasa yang lebih jelas, dengan arti yang lebih menjurus.
4. Objek-objek
Objek yang ditunjukkan pada kata "latu", menjelaskan sebuah benda, yakni api. tirta, yang menjelaskan air, kemudian hati, bagaikan amarah. Latar pada geguritan tersebut menyebutkan sebuah tempat yakni mrapen, sebuah tempat di wilayah Kabupaten Grobogan. Yakni, sebuah tempat wisata api abadi mrapen. Tidak ada tokoh pasti yang dijelaskan, namun lebih ditunjukkan pada baris terakhir yakni "kanggo anak putu".