Senin, 27 April 2015

Analisis geguritan 'Donga Bocah Piatu'

Eka Fitri Nur Aini 2611413009
Sastra Jawa/Unnes

Donga Bocah Piatu

Gusti, durung kober dakrukti jisime ibu Sing mati kaliren ing pinggir dalan
Mati kaku merga ngrungkebi sesantine tembang kamakmuran
“Iki jaman mardika.
Pembangunan ginelar kanggo kamulyan para kawula” (nanging apa urip cukup wareg mangan sesorah Sedheng para peprimjen isih pating slarah)

Gusti, upama aku entuk blaka
Wiwit wingi weteng iki durung klebon sega
Senajan ujaring kandha kita iki wis mardika
Pembangunan dadi progam kapisan, kamakuran
Janji manis saka kabeh pengendhali lis pemerintahan
“nanging apa cukup manungsa mung urip karo janji
Sedheng kacintrakan tansah mbujung urip iki?”  

Gusti, najan wis dakgawa kabeh sanggan panandhang
Menyang endi kudu nglabuhake kasurange nasib
Kamakmuran iki panggah angel diranggeh
Sagagang kembang cempaka uga wis kadhung alum
Sadurunge kober daksawurake ing makame ibu Sing dadi kurban atas nasib sapait rempelu

Ambal Kebumen, Nopember 1993 (Djaka Lodang, No. 21 – tgl. 22 Oktober 2003)  

Analisis Geguritan  
a. Struktur Fisik
- Tipografi
Geguritan ‘Donga Bocah Piatu’disajikan dengan bentuk tipografi rata kiri, disajikan pula dalam bentuk tiga bait. Pada bait pertama terdapat enam baris, kemudian pada bait kedua terdapat tujuh baris dan pada bait ketiga atau bait terakhir terdapat enam baris. Bait ini terlihat sederhana, tetapi jika dipahami tiga bait ini  tersusun baik, yakni 6 – 7 – 6 akan terasa istimewa susunan bait tersebut.
- Diksi Diksi adalah pemilihan kata yang digunakan pengarang dalam geguritan ‘Donga Bocah Piatu’ tidak banyak diksi yang digunakan, dalam gurit ‘Donga Bocah Piatu’ lebih dominan menggunakan kata-kata dalam bahasa Jawa ‘ngoko’, contohnya: ‘kober’ yang artinya belum sempat, ‘kaliren’ yang artinya kelaparan, ‘klebon’ yang artinya kemasukan, dan kemudian ‘kamakmuran iki panggah angel diranggeh’ yang artinya kemakmuran yang diinginkan yang susah digapai.
- Imaji Pada gurit ‘Donga Bocah Piatu’ ini dapat dilihat imaji penglihatan atau visual, dapat dilihat pada kutipan ‘nanging apa urip cukup wareg mangan sesorah sedheng para peprimen isih pating slarah, ‘slarah’ yang memiliki arti berantakan dan itu dapat dilihat dengn indera penglihatan.
 b. Struktur batin
 - Tema: geguritan ‘Donga Bocah Piatu’ ini mengungkap tema sosial, yang menjabarkan tentang pesan  terhadap suatu negara yang dikatakan sudah merdeka tetapi masih saja belum benar-benar dirasakan.
- Rasa: rasa yang diungkapkan penyair yaitu rasa keprihatinan seseorang terhadap keadaan yang dialaminya, yaitu dimana dia hidup disebuah negara yang dirasa belum merdeka, padahal pada kenyataannya negara tersebut sudah merdeka dari penjajah.
- Nada: nada yang digunakan pada geguritan ini adalah menanjak, yaitu untuk sebuah penegasan, dimana ia ingin menjelaskan bahwa ia juga ingin merasakan kemerdekaan yang sebenarnya, tidak seperti yang dirasakan ia sekarang. Kemudian nada menurun, pada bagian akhir ingin menjelaskan keprihatinan.
- Amanat: amanat yang ingin disampaikan adalah, bagaimana sebuah negara yang harus bijak dengan semua keputusan yang tengah diambil, bagaimana ia harus berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan yang seharusnya didapatkan.